SEJARAH DESA SEMBUNGREJO
Dahulu desa ini bernama “banguran” karena hanya ada satu pedukuhan, konon ceritanya
apabilla ada orang yang berbuat kejahatan dan melanggar aturan atau pantangan,
maka akan kewaguran atau ketahuan dan tertangkap, oleh karena itu sesepuh
disini menamakan dengan dukuh Banguran, pada waktu itu dipimpin oleh Bpk. Niti Semito. Pada waktu dukuh itu
dipimpin, ada sekelompok orang yang masuk dukuh
Sepat Rojo dan menempati
bagian selatan sungai bengawan solo dan kelompok tersebut memberi nama dukuh “Ngeblek” dan mayoritas mata
pencahariannya adalah mencuri, merampok (begal), istimewanya dukuh ini terdapat
bermacam macam jenis gamelan (gong) dan gamelan ini merupakan barang ajaib
karena yang memiliki adalah seekor buaya bernama “kliwon” konon ceritanya ada seorang warga dukuh ngeblek yang
berhasil mencuri pemukul gamelan tetapi diketahui oleh si yang empunya yaitu
buaya, maka marahlah buaya tersebut sampai manimbulkan banjir bandang yang
menenggelamkan dukuh mgeblek yang lama kelamaan terkikis air bengawan solo dan
akhirnya dukuh tersebut hilang, tetapi penduduknya pindah ke utara tangkis dan
bermaksud untuk bergabung dengan penduduk Sepat Rojo dan Banguran, Akan tetapi
ditolak dan diusir, dengan alasan karena mata pencahariannya yang merugikan
masyarakat, karena bingung banyak warga Ngeblek yang tinggal dibawah pohon yang
letaknya dipemakaman yang merupakan batas desa yaitu desa sepat rojo dan
banguran. Untuk mencarikan tempat yang aman bagi warganya maka pimpinan desa
pergi kedukuh banguran menemui Bpk. Niti Semito dengan tujuan untuk
bergabung danmenjadi warga banguran. Oleh Bpk. Niti Semito diterima dengan
syarat sudah tidak boleh mencuri, merampok dsb dan diberi tempat disebelah
utara dukuh Banguran, pendukuhan yang baru ditempati warga Ngeblek akhirnya diberi
nama dukuh “Sepat Galeh” yang
artinya warga desa Sepat Rojo yang ngaleh (pindah).
Seiring dengan perubahan jaman, warga meminta agar
pedukuhan tersebut digabung menjadi satu desa yang kemudian diberi nama dengan
desa “Sembungrejo”. Warga juga meminta supaya diadakan pemilihan Kepala
Desa dan yang terpilih adalah Bpk. Niti Semito sebagai kepala desa
pertama yang menjabat mulai tahun 1900 – 1944 dengan kondisi desa yang masih
miskin, dan masyarakatnya banyak yang menderita, beliau meninggal pada tahun
1945 dan digantikan Bpk. Kusno yang menjabat mulai dari tahun 1945 – 1954, akan
tetapi kehidupan dan kemajuan tidak banyak perubahan, dan pada tahun 1945 –
1987 desa Sembungrejo dipimpin oleh Bpk. Cokro Mujayin. Pada masa
pemerintahan Bpk. Cokro Mujayin desa
Sembungrejo sedikit demi sedikit mulai bangkit, dalam arti desa ada kemajuan
dan perubahan terutama dalam bidang Pertanian, Pembangunan Jalan, Tempat
Ibadah,Balai Desa dan Sekolahan.
Bpk. Cokro Mujayin berhenti dari jabatannya tahun 1987 karena
usianya sudah tua, sehingga pada tahun 1989 diadakan pemilihan Kepala Desa lagi
dan yang terpilih adalah Bpk. Harnoko yang dimulai dari tahun
1989 – 1997. Pada saat ini Desa Sembungrejo perkembangannya menjadi sangat
pesat karena beliau sebagai pengusaha HIPPA, sehingga areal pertanian yang ada
di desa Sembungrejo menjadi subur, karena pertanian yang subur maka taraf hidup
masyarakat meningkat/membaik. Di bidang lainnya beliau juga merehab atau
memperbaharui fasilitas umum yang sudah tidak layak pakai. Atas jasanya
tersebut Bpk. Harnoko terpilih kembali menjadi kepala desa pada tahun
1998 – 2007. Dengan terpilihnya tersebut maka HIPPA diserahkan ke desa untuk
dikelola sendiri, sehingga hasil HIPPA dapat dipergunakan untuk membangun desa.
Dengan berakhirnya masa jabatannya ditahun 2007, kepemimpinan desa sembungrejo
dipimpin oleh seorang wanita yang bernama Ibu Endang Sri Wahyuni, beliau mulai
mengadakan gebrakan untuk memperbaiki infra struktur yang ada di desa
Sembungrejo.
Demikian sekilas riwayat Desa Sembungrejo, kami
sebagai nara
sumber mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan cerita ini,
oleh karena itu saran dan kritik selalu kami harapkan demi kesempurnaannya
cerita ini.
Mosok ya ngono to sejarahe wong Sepat Galeh?
BalasHapusWong Mbah Buyutku biyen asline wong ko Tuban, boro nang Sepat Galeh nyambut gawe mande.
BalasHapusKurang akurat
BalasHapusMonggo mas anonymous dilengkapi kalau tau.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus